
Everything
happens for a reason. Berawal dari keinginan untuk mewujudkan mimpi saya menjadi seorang
relawan dan mencari
lingkungan yang bisa menjadi tempat saya bertumbuh menjadi lebih baik akhirnya
mempertemukan saya dengan satu dari banyaknya
komunitas yang ada di Sulawesi. Komunitas itu bernama Koin Untuk Negeri
atau disingkat KUN. Kata KUN dalam
bahasa arab yang berarti “Jadilah”.
Konon, nama tersebut sebagai doa agar setiap harapan, mimpi, dan
cita-cita komunitas KUN akan mudah terwujud seperti kata KUN (Jadilah) yang merupakan kata ajaib dari Tuhannya langit dan bumi.
Setelah
melewati berbagai rangkaian seleksi berkas, interview,
meet up 2 sampai meet up 3 yang menjadi
penentu layaknya seseorang menjadi delegasi KUN untuk melakukan pengabdian di Dusun Borongbuah, Desa
Rannaloe, Kab. Gowa. Akhirnya kami
memulai perjalanan pada Kamis, 18 Mei
2023. Kami mengendarai motor selama dua jam dan berjalan kaki selama satu jam melewati
pegunungan terjal dan berliku serta panasnya sengatan
matahari, ditambah beban carrier yang sangat menguji kesabaran.
Walaupun demikian, pemandangan indah
membuat mata siapapun akan terpanah dengan keindahan ciptaan Tuhan yang sangat luar biasa. Perjalanan yang tidak mudah, tetapi berjalan
bersama relawan, berbagi
cerita suka, dan duka membuat
semuanya terasa mudah. Meskipun lelah, kami menikmatinya seakan lelah menjadi bagian
yang mewarnai perjalanan kami.
Sesampainya
di sana, kami mempersiapkan diri untuk pembelajaran di hari pertama. Keesokan harinya, kami disambut dengan
senyum bahagia dan semangat dari
adik-adik. Kami juga disuguhkan dengan tari kreasi
dan tari zaman sebagai sambutan
suka cita atas kehadiran kami. Senang dan bangga rasanya bisa berada di tengah-tengah
mereka. Kemudian pada saat sore hari,
kami bermain bersama untuk menjalin keakraban antara relawan dan masyarakat lokal. Lalu malamnya kami
kembali belajar membaca Al-qur’an dan bermain
bersama setelah shalat magrib. Meskipun lelah, tetapi semangat dan
antusias mereka menjadi obat dari penat kami.
Kedekatan
dan keakraban malam itu membuat kami menjadi tak asing lagi. Besoknya, kami kembali memulai pembelajaran dan
mereka seakan tak ingin melepas kami. Kemudian, pada malam hari, kami melakukan pembakaran api unggun. Malam
terbaik yang tak bisa saya lupakan.
Malam yang sangat indah karena langit yang dipenuhi bintang-bintang, dinginnya malam yang dihangatkkan dengan api unggun, lagu laskar pelangi yang mengiringi malam itu, api unggun yang menyala ditengah-tengah lapangan
Borongbuah, para relawan yang berkumpul
seakan kami bukan sebagai teman, tetapi sebagai saudara, seakan kami kenal sejak lama bukan sejak satu pekan yang lalu serta mayarakat lokal yang turut serta menyiapkan malam ramah tamah membuat kami
merasa bahwa kami bukanlah seorang tamu, tetapi juga bagian dari penduduk lokal Borongbuah.
Disaat kami membentuk
lingkaran untuk menyanyikan lagu Laskar Pelangi, adik-adik menggenggam tangan kami seakan tak ingin
melepaskan kami. Hangatnya api unggun benar-
benar memberikan kehangatan malam itu. Perasaan haru dan bahagia menjadi
satu. Jika saya ingat-ingat, ada satu
kata yang paling berbekas dari mereka, kata itu adalah kata “tulus”. Saya
tak tahu dari mana mereka belajar kata dan arti tulus, tetapi saat
mereka mengucapkan kata itu, kata tulus memiliki
makna yang sangat mendalam.
Terima kasih
kakak-kakak relawan KUN yang telah menerima Ratu sebagai bagian dari KUN, terima kasih kepada seluruh
warga Borongbuah yang telah menyambut kami dengan penuh cinta. Ratu berharap
pemberangkatan kemarin adalah awal dari cerita yang akan terus berlanjut. Tidak seperti api unggun yang sewaktu-waktu bisa padam karena meskipun
api unggun bisa padam, Ratu berharap hubungan KUN dan Borongbuah tidak akan padam,
meskipun api unggun bisa padam, Ratu berharap
kehangatannya akan selalu membersamai kami dan masyarakat
Borongbuah.
#DARISUDUTNEGERIKITAMENGINSPIRASI