Semoga kabar kakak-kakak KUNers sekalian senantiasa dalam keadaan yang sehat dan tetap semangat melalui hari-hari yang kerap memenuhi isi kepala. Semoga tulisan ini bisa membawa sedikit ketenangan di kala berisiknya dunia bersuara.
Di tengah hamparan sawah yang hijau dan jalan berbatu sejauh 45 kilometer dari pusat kota, berdiri sebuah sekolah sederhana yang menjadi tempat berteduh bagi harapan anak-anak pelosok negeri. Di sanalah langkah kami terhenti, membawa donasi, cinta, dan seberkas semangat baru. Perjalanan menuju sekolah tersebut bukan perkara mudah. Terik matahari, jalan berlumpur, serta rute perjalanan yang panjang menjadi saksi bahwa harapan tidak selalu tumbuh di tempat yang mudah dijangkau. Sebanyak 40 anak harapan bangsa berlindung di bawah atap sekolah sederhana di tengah persawaha, menimba ilmu dari guru-guru yang dengan sepenuh hati mengabdikan dirinya bagi calon generasi penerus bangsa. Kami datang membawa uluran tangan— memberikan sedikit yang berhasil kami kumpulkan dari para dermawan di tengah kota. Hanya sebuah donasi, namun cukup untuk menghadirkan makna dan menyulut semangat meraih asa.
Pagi itu, kami disambut gerimis yang membasahi tanah dan membuat jalan menuju lokasi sekolah menjadi berkubang serta licin. Namun, pemandangan yang kami saksikan segera menyingkirkan rasa pesimis yang sebelumnya menyelimuti kami— terhadap kemungkinan hadirnya adik-adik dan guru-guru di tengah cuaca kurang bersahabat. Siapa sangka, ketika hujan mulai mereda dan mentari mulai menembus pagi, kami melihat dari kejauhan anak-anak datang berjalan penuh semangat menuju sekolah. Disusul oleh guru-guru serta para petani yang bersiap menanam dan memupuk sawah mereka. Sekolah itu tersembunyi di balik hamparan padi menguning, jauh dari hiruk pikuk kota. Keberadaannya tak termahsyur oleh kebanyakan orang, tetapi di sanalah kami menemukan arti dari kata “berbagi” yang sesungguhnya. Sekolah ini berdiri di tengah area persawahan, kokoh menyatu dengan alam, seolah menyaksikan bibit-bibit masa depan yang sedang tumbuh dan siap bersaing suatu saat nanti.
Kami tak hanya dibuat terkesima oleh kedatangan adik-adik yang menaklukkan sulitnya akses menuju sekolah, namun juga oleh semangat mereka di pagi hari. Setelah selesai menjalankan piket kebersihan, mereka dikumpulkan di depan sekolah untuk menyebutkan afirmasi positif yang dipimpin oleh kepala sekolah dan diikuti oleh rombongan kami di barisan belakang. Selanjutnya, mereka melakukan senam gembira dengan gerakan penuh semangat. Mungkin karena lelah dan waktu istirahat yang singkat, rombongan kami di barisan belakang terlihat kewalahan mengikuti gerakan energik mereka. Anak-anak bergerak lincah, seolah tak mengenal lelah meski harus berjalan jauh setiap pagi untuk bersekolah.
Usai menjalankan seluruh kegiatan di luar ruangan, siswa-siswi dibagi ke dalam kelompok berdasarkan kelas untuk menerima materi edukatif seputar empat kata ajaib, cara mencuci tangan yang benar, serta penerapan nilai-nilai Pancasila. Tak sulit mengajar mereka, karena para siswa ini tampak cepat memahami materi— mungkin karena mereka telah diajarkan sebelumnya oleh guru-guru yang penuh dedikasi. Setelah sesi belajar, kami melanjutkan dengan kegiatan melukis di atas media kanvas berupa tempat pensil yang telah kami sediakan. Tanpa diduga, lukisan-lukisan yang mereka hasilkan begitu indah, seolah sedang menggambarkan ulang masa depan mereka yang selama ini kerap dipandang sebelah mata oleh banyak orang.
Menjelang penutupan kegiatan, kami membagikan hasil donasi berupa tas dan alat tulis kepada para siswa. Mereka tersenyum lebar— seakan ingin mengatakan bahwa mereka siap melangkah lebih jauh menuju masa depan, meski dunia pernah meragukan langkah kecil mereka.
Tulisan ini didedikasikan kepada setiap insan cilik yang terus berjuang menggapai asa yang diwujudkan melalui tangan mungil mereka. Setiap rangkaian kalimat dari tulisan ini dibuat dengan sepenuh hati atas keprihatinan terhadap kondisi pendidikan pelosok yang belum merata oleh kak Ahmad Rifqi Yunus. Akrab disapa “Kak Rifqi” selaku relawan Sekolah Jejak Nusantara (SEJARA) angkatan XXXVII, berstatus sebagai mahasiswa jurusan S1 Manajemen di Universitas Negeri Makassar.
Salam setegar karang di lautan,
Rifqi
#Komunitas_KUN
#DariSudutNegeriKitaMenginspirasi