Ayo Berdonasi untuk Pendidikan

Semua manusia dilahirkan dengan kemampuan untuk mengubah hidup orang lain. Memberi adalah salah satu kemampuan itu. Mari bersama-sama wujudkan mimpi adik-adik di sudut negeri untuk mendapatkan pendidikan yang layak.

KLIK DISINI

Ana Mardiana Mahasiswi Pasca UNM
Mengawali tulisan ini, tidak lupa saya mengucapkan Salam sejahtera untuk teman-teman semua, semoga keberkahan dan keselamatan senatiasa menemati setiap aktivitas kita di manapun berada. Salam hangat dan sayang dariku untuk kalian semua, perkenalkan nama saya Ana Mardiani yang lebih akrab disapa Ana, saya adalah anak ketujuh dari tujuh bersaudara, asal daerah dari Takalar tepatnya di sebuah desa yang cukup sederhana dan lingkungan yang sederhana pula, akan tetapi memiliki nalar keberfikiran yang melampaui kesederhanaan tentunya. Berdasarkan ijazah, saya lahir tanggal 04 bulan juni 1986, saat ini saya sementara menempuh pendidikan di salah satu Universitas negeri di Makassar (UNM) mengambil konsentrasi Pendidikan Matematika yang harus saya akui masih mempunyai pengetahuan bidang study yang masih dangkal.

Jika bertanya tentang pengalaman organisasi saya, sangat panjang pembahasannya dan kalau dibuat dalam bentuk tulisan mungkin saja bisa memuat satu buku, singkat saja bahwa saya adalah seorang anak yang punya latar belakang organisasi yang sama dengan Bapak saya yaitu Muhammadiyah, yang saat masih berstatus pelajar masuk ke dalam ortom (Ikatan Pelajar Muhammadiyah) dan di medium yang lain sayapun memasuki salah satu organisasi dakwah (Wahdah Islamiyah) yang belakangan baru saya kenal sebagai organisasi yang tergolong ekstrim, kemudian masih dalam nuansa yang sama, saya pun melanjutkan perjalanan dakwah di organisasi yang lain yang diawali dengan perjumpaan dengan salah seorang senior di sekolah SMU Negeri 1 Sungguminasa yang sangat kreatif dan inspiratif dalam berinteraksi, sosok beliaulah yang menggugah fikiran saya sehingga tertarik untuk ikut bergabung dan bertranspormasi lebih jauh, namanya adalah Hizbut Tahrir Indonesia, organisasi ini tidak hanya sebagai sentrum dakwah ritual semata tetapi juga aktif dalam gerakan-gerakan sosial yang sering dieksplorasi dalam bentuk aksi damai yang seringkali di suarakan di jalan-jalan raya dan di depan gedung-gedung pemerintah.

Saat masuk ke bangku kuliah, saya masuk ke Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dan berselang beberapa bulan saya kemudian bergabung dengan salah satu lembaga dakwah tetapi juga sangat intelektual, di sanalah saya mengabdikan diri saya hingga hari ini, sebuah organisasi yang tentu memiliki kesamaan dengan yang lain tetapi juga memiliki keunikan-keunikan yang sangat substansial dengan beberapa organisasi-organisasi yang telah saya tapaki sebelum-sebelumnya. Sebuah wadah pelatihan, pembelajaran dan pemikiran yang luar biasa tingginya. Yah Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang mungkin namanya sudah sangat populer sepopuler issue-issue tajam yang sering ditujukan padanya. Dan masih banyak lagi yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu dengan beberapa keterbatasan.
Tujuan saya ikut dalam kegiatan ini salah satunya adalah ingin belajar beradabtasi dengan lingkungan terpencil yang tentunya jauh tertinggal ketimbang kehidupan kita yang ada di kota, dengan harapan dapat menumbuhkan kesadaran dan empati yang tinggi bagi kita terhadap sesama. Juga hendak berbagi cerita dengan anak-anak sekolah terpencil dengan maksud dan tujuan agar kiranya dapat menumbuhkan motivasi dan semangat belajar mereka demi menggapai asa sebagai generasi pelanjut bangsa dan negara.

Dengan memberikan beberapa sumbangsih berupa pengetahuan-pengetahuan kognitif yang dielaborasi dengan kreativitas, kemudian dengan memberikan sumbangsih materil berupa perlengkapan atau media pendidikan yang tentu sangat bermanfaat untuk mereka yang berada di ruang lingkup yang sangat-sangat patut untuk mendapatkan secerca cahaya darn welas asih dari kita. orang-orang yang lebih baik kehidupannya, sumbangsih moril yang berupaya penanaman sifat kasih sayang, jujur, etis atau sikap yang ramah dan sopan diharapkan dapat kita floorkan secara bersama-sama untuk anak negeri tercinta.

Di rumah saya, ada satu keponakan yang masih duduk di bangku SD kelas VI, namanya Ayu. Dia pindahan dari sekolah di kampung menuju ke kota setahun yang lalu, di sekolah tempat iya belajar sekarang adalah sebuah sekolah yang juga menerapkan sistem belajar dengan dua Shift yang berbeda dengan sekolahnya saat dikampung. shiftnya satu minggu masuk pagi dan satu minggu selanjutnya masuk siang. Jadwal paginya dimulai dari pukul 07:30 sampai pukul 12:00 Wita dan untuk jadwal siangnya dimulai dari pukul 13:00 Wita sampai sore harinya. Sebelumnya Ayu tipikal anak yang rajin, tapi mungkin karena sudah menjadi kebiasaan pada dirinya yang kalau jadwalnya masuk siang, kadang-kadang dia sengaja telat bangun di pagi hari katanya “Mumpung lagi masuk siangka’, tidurma’ lagi deh”. Kadang-kadang kita-kita yang ada di rumah jadi serba salah, karena di sisi lain tidak menginginkan dia tumbuh menjadi sosok yang malas bangun pagi tapi di satu sisi juga kadang kita kasihan kalau tidak memberikan pemakluman dengan sikapnya, asumsi sederhana “nanti kalau tidak tidur pagi malah bisa menyebabkan dia ngantuk pada saat tiba di kelasnyalah, bisa capeklah, apalah dan lain sebagainya.

Berangkat dari bacaan fenomena yang terjadi pada keponakan saya di rumah, terbetiklah di dalam pikiran saya untuk mencoba menggali lebih dalam bagaimanakah latar belakang dan dampak yang di timbulkan dari penerapan sistem dua shift yang terjadi pada sekolah-sekolah khususnya yang ada di perkotaan? Dan apa tawaran solusinya?

Bagi seorang Ana, sekolah seharusnya tampil menjadi wadah yang menyenangkan, menginspirasi dan dapat membuat suatu perubahan yang signifikan kepada para siswa-siswinya, bukan malah menciptakan kehidupan yang buruk bagi anak didiknya. Dengan demikian anak-anak pada akhirnya akan tumbuh menjadi anak yang chare pada pendidikan, terkesan kepada guru-gurunya yang tampil sebagai wajah yang mendidik, mengayomi, mengarahkan dan mendorong anak-anaknya untuk menjadi anak yang lebih baik lagi sebagai tombak perubahan dalam pembangunan bangsa yang dalam melanjutkan perjuangan.

Dengan cara guru tidak hanya memberikan pengajaran dan pendidikan melalui 4 tinjauan yaitu kognitif, afektif, psikomotorik dan yang terakhir sebagai fondasi terpenting adalah mengajarkan aspek dari segi spiritualitas anak sebagai suatu individu-individu yang dapat bermanfaat untuk dirinya dan kehidupan sosialnya kelak. Kembali kepermasalahan awal yaitu tentang penerapan sistem dua shift, nah timbul pertanyaan apa sih yang kira-kira menjadi latar belakangnya? Tentu banyak opsi yang bisa kita munculkan, salah satu alasan yang paling umum yang biasa di sampaikan oleh pihak sekolah-sekolah ketika kita mencoba menanyakan hal ini adalah alasan renofasi atau perbaikan bangunan sekolah, membludaknya siswa dengan keterbatasan kelas yang tersedia. Jumlah siswa yang tidak berbanding lurus dengan ruangan sekolah yang tersedia, mau tidak mau memaksa sekolah untuk memberlakukan penerapan dua shift, beberapa kelas dengan sangat terpaksa jadwalnya harus dipindahkan ke jadwal siang dengan yang pada akhirnya siswalah yang menjadi tumbalnya. Mungkin saja di antara siswa ada yang senang dengan model penerapan ini karena beranggapan bisa tidur pagi, bisa sarapan pagi dan tidak perlu tergesa-gesa untuk datang ke sekolah dengan ketakutan kalau terlambat akan di omelin atau malah dihukum oleh gurunya. Akan tetapi untuk jangka panjangnya ini dapat merusak mentalitas anak. Dengan penerapan dua shift pada anak akan membuatnya semakin tidak disiplin dalam belajar, dalam beristirahat dan tentu akan berdampak pada kecerdasannya. Pernahkah kita berfikir bahwa Kualitas tidur anak dapat mempengaruhi kecerdasannya. Setiap orangtua pasti menginginkan anaknya tumbuh menjadi anak yang pandai. Namun, jika secara spesifik kita menginginkan si kecil pandai matematika dan membaca, jangan biarkan jadwal tidurnya berantakan.

Para peneliti asal University College London melakukan studi pada 11.000 anak. Mereka melaporkan, jadwal tidur anak yang tidak teratur dan sering begadang berdampak buruk pada kemampuan matematika dan membaca mereka. Studi yang dipublikasi dalam Journal of Epidemiology and Community Health tersebut menganalisis prestasi akademik anak usia 3, 5, dan 7 tahun yang dikaitkan dengan jam tidur mereka. Studi menemukan, anak yang tidak memiliki jadwal tidur tetap dan lebih dari pukul 21.00 cenderung memiliki nilai membaca dan matematika yang lebih rendah. Para peneliti pun lanjut mengatakan, masa anak-anak merupakan masa emas perkembangan otak. Tidur merupakan hal penting demi perkembangan otak yang optimal. Ketika anak tidak mendapatkan tidur yang baik pada malam hari dengan periode yang konsisten, kemampuan otaknya untuk menyimpan informasi baru bisa terganggu. Studi menemukan, jam tidur tidak teratur paling umum dijumpai pada anak usia tiga tahun.

Satu dari lima anak usia tiga tahun tidur dalam waktu yang bervariasi. Sementara menginjak usia 7 tahun, lebih dari setengah anak memiliki awal waktu tidur teratur, yaitu antara pukul 19.30 dan 20.30. Namun, para peneliti mengatakan, waktu tidur lebih dini dari jam 19.30 tidak menjadikan perkembangan otak anak lebih baik. Secara umum, beberapa ahli tidak terlalu memperhatikan konsistensi jam tidur, tetapi lebih pada kualitas tidur. Deray menyebutkan, penelitian menunjukkan anak yang kurang tidur bisa membuat performa anak di sekolah buruk. Selain itu, mereka juga berpotensi mengalami kegemukan, depresi, bahkan kecelakaan lalu lintas dan tentu ini sangat bahaya bagi anak bukan!! sistem penerapan shift pagi dan siang juga akan membuat fisik tidak terlatih atau dengan kata lain semakin bertambah lemah disebabkan dihilangkannya salah satu mata pelajaran penjaskes yang seyogyanya dapat membentuk pribadi yang sehat dan bugar, sama halnya dengan upacaya bendera setiap hari senin pagi juga dapat mengurangi sikap nasionalisme yang tinggi terhadap kecintaan kepada pahlawan rela mengorbankan harta dan menumpahkan darahnya sebagai bentuk kecintaan kepada tanah air Indonesia. Selanjutnya kedisiplinan belajar pada anak, tidur disiplin pada anak akan berpengaruh terhadap kecerdasan dan pertumbuhan otak anak Disiplin mempunyai pengertian yang luas salah satu teori yang saya angkat di sini adalah yang dikemukakan oleh Andi Rasdiyanah ( 1995 : 28 ) beliau mengatakan disiplin adalah kepatuhan mentaati peraturan dan ketentuan. Namun sebagaimanapembahasan kita kali ini yang temanya adalah penerapan dua shift di sekolah ini menunjukkan dampak negatif, pada sistem belajar yang tidak menetap tentu menyebabkan ketidak disiplinan sebagaimana kadang pagi dan kadang siang ini, sehingga bisa berpengaruh terhadap prestasi anak.

Keseringan tidur pagi dan aturan belajar yang sering berubah akan mempengaruhi titik fokus siswa yang lambat laun bisa menurunkan minat dan motivasinya dalam belajar, dan dengan demikian belajar akan menjadi momok yang sangat menakutkan bagi anak didik. Jangan pernah bermimpi bahwa generasi kita apatahlagi generasi ke depan akan semakin berkembang dan maju jika sistem pembelajaran di sekolah saja masih tidak dipikirkan secara matang. Apalagi jika hanya berorientasi pada comudity, yang diistilahkan oleh Paulo Preire sebagai pendidikan gaya Bank. Yang hanya ingin meraup keuntungan sebesar-besarnya tanpa melihat siapa yang di rugikan, ini ada tendensi politik “permainan uang” sekolah-sekolah yang tetap memaksa menerima siswa dalam skala besar padahal melihat ruangan yang sangat terbatas, imbasnya orangtua harus uang pembangunan yang diplesetkan kepada uang bangku untuk tempat duduk anaknya nantinya. Setelah ditinjau pula ternyata memang kebanyakan dari sekolah-sekolah negeri dan unggulan sajalah yang menerapkan sistem sift ini, untuk swasta belum banyak, kecuali swasta unggulan yang juga banyak peminatnya.

Sekarang bagaimana solusi sistem Shift ini? Nah pemerintah sebagai yang memiliki otonomi dalam membuat undang-undang dan memberi kebijakan seyogyanya juga dapat mempertimbangkan kembali peraturan-peraturan yang ada di sekolah-sekolah, terutama sekolah unggulan negeri yang membludak siswanya untuk diberikan jalan dalam bekerja sama dengan sekolah-sekolah swasta sebagai bentuk keadilan dan pemerataan sosial bagi siswa dan bagi orangtua siswa yang memiliki harapan besar untuk anak-anaknya.

Kemudian guru-guru di sekolah seyogyanya betul-betul memiliki profesionalisme yang terfokus untuk memberikan pendidikan yang layak dengan cara mengayomi, mendampingi dan mendorong siswa agar memiliki minat dan motivasi untuk menuntut ilmu sedalam-dalamnya dan setinggi-tingginya, peran guru sangat besar dalam pembentukan karakter dan pendidikan inteleltualitas anak sehingga gurupun dituntut untuk melanjutkan jenjang pendidikan yang setinggi-tingginya pula, dengan harapan pendidikan guru ke depan semakin berkualitas n memiliki integritas serta progresivitas dalam gerakan pembaharu anak didik bangsa. Bangunlah kepercayaan siswa yang di mulai dari diri sendiri, tanamkan kedisiplinan dalam belajar dan bersikap, dan jadilah suri teladan yang patut di contoh oleh murid-muridnya, Guru dengan modal otot sudah tidak zaman, kami butuh yang punya otak jernih dan berbelas kasih.
Saya akhiri dengan menghadiahkan sebuah syair ini kepada guru-guru kita terutama yang ada di Indonesia maupun yang ada di seluruh belahan bumi ini, dengan harapan besar semoga beliau-beliau senantiasa dipanjangkan umurnya, disehatkan dan diistiqomahkan dalam mendidik dan mengajari kami, kemudian bagi yang telah meninggal, semoga khusnul khatimah dalam perjalananya di alam barzah dan ditempatkan di syurga Allah SWT aamin ya Rabbal alamin

Sebuah Syair sederhana dan singkat :
wahai guru-guru kami
Jangan kau pasung nalar kami,
Jangan kau ciptakan kami
Sebagai boneka-boneka penghias hati,
Jangan kau merasa tersakiti
Jika kami kelak menjadi sakti
Tetapi berbanggalah, sebab keberhasilan kami
Tidak akan layak dan abadi
Jika bukan dari pengorbananmu sebagai guru sejati.

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.