Ayo Berdonasi untuk Pendidikan

Semua manusia dilahirkan dengan kemampuan untuk mengubah hidup orang lain. Memberi adalah salah satu kemampuan itu. Mari bersama-sama wujudkan mimpi adik-adik di sudut negeri untuk mendapatkan pendidikan yang layak.

KLIK DISINI

Akbar Alimuddin
Oleh : Akbar Alimuddin
Ketika kita kembali membuka catatan sejarah perjalanan perjuangan bangsa Indonesia, mulai dari jaman perebutan kekuasaan hingga saat ini, maka ada banyak perubahan dan pergeseran baik  dari model pendidikannya maupun dari tujuan pembelajarannya. Banyak dokumen dapat ditemukan yang menggambarkan dan menceritakan tentang kemajuan pendidikan. Kalau dilihat dari masa pra kemerdekaan, lembaga pendidikan masih semi formal. Bentuknya asrama, padepokan atau pesantren hingga lembaga pendidikan formal yang didirikan oleh Kolonial Belanda yang dipimpin oleh Van De Venter. Sekolah sudah merupakan pendidikan formal sejak awal didirikannya.

Perkembangan zaman, berdasarkan data-data sejarah memang menggambarkan kemajuan pendidikan bangsa ini. namun kemajuan itu tidak lepas dari berbagai persoalan yang kemudian muncul, diantaranya, semakin sulitnya menentukan indikator dari kemajuan itu sendiri. Justru jika kita mencermati lebih jauh tentang kemajuan pendidikan dibangsa ini, maka akan ditemukan bahwa, sejak berdirinya sekolah membuat pendidikan bangsa semakin mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat dari berbagai aspek yang sudah mulai mengalami pergeseran menyebabkan terjadinya kemunduruan. Berikut bukti yang dapat dijadikan tolak ukur kemunduran pendidikan di Indonesia antara lain:

Sekolah masih belum sepenuhnya bahkan tidak bisa dinikmati secara menyeluruh oleh masyarakat di Indonesia. Hanya keluarga yang mampu secara finansial yang bisa menentukan dimana mereka ingin bersekolah dan memilih sekolah yang layak bagi putra-putri mereka. Sementara bagi keluarga yang memiliki keterbatasan ekonomi, harus bersabar dan rela memilih sekolah yang kualitas pengajarnya serta sarana dan prasarannya terkadang dibawah standar. Tentunya opini ini sudah bertentangan dengan tujuan pendidikan yang tertuang dalam Pasal 31 Undang-undang Dasar 1945.

Selain itu, fokus sekolah lebih kepada pengembangan wawasan, pengetahuan dan penalaran yang diharapkan akan bermuara pada prestasi, Inilah yang menjadi prioritas utama yang dibangun sekolah secara umum di negeri ini. Sementara itu, pendidikan meliputi pengembangan wawasan, intelektual, perbaikan mental serta melatih peserta didik untuk terus beramal sholeh. Dalam hal ini, sekolah telah gagal mewujudkan cita-cita bangsa karena justru pada lembaga ini tidak diutamakan pembinaan mental seperti kejujuran, antri, disiplin, ketangkasan, keberanian dan sebagainya. Kalaupun ada, jumlahnya masih sangat sedikit. Karena fokusnya yang tidak tepat maka, tentunya akan berdampak pada mental siswa terus mengalami pergeseran. Sehingga wajar kalau bangsa ini terbiasa dengan korupsi karena masyarakatnya tidak terdidik untuk jujur.

Tujuan bersekolah semakin tidak jelas. Guru yang sejatinya menjadi pendidik yang mengutamakan kepentingan anak didik justru sibuk menyiapkan diri agar bisa lulus sertifikasi, intinya sangat tergantung oleh keinginan mendapatkan imbalan gaji yang lebih besar. Kondisi gaji yang menurut mereka masih rendah terkadang membuat mereka acuh untuk melakukan pengajaran secara baik. Dampaknya, siswa sebagai peserta didik pun sudah mulai ikut dengan menganggap bahwa nilai merupakan ukuran keberhasilannya, sementara proses pendidikan tidak begitu penting bagi mereka.
Hal ini cenderung mengubah mental siswa bahwa yang terbaik hanyalah nilai akhir sehingga tidak penting untuk memahami dan mengutamakan pada prosesnya. Hal ini kemudian sejalan dengan tujuan dari lembaga pendidikan, yaitu mengejar target kelulusan, memperbanyak sarana dan prasarana, memperbaiki fasilitas dan lain-lain untuk mendapatkan nilai yang terbaik bagi pemerintah dan masyarakat sehingga sekolah tersebut bisa jual mahal. Pendidikan yang materialistis.

Opini di atas tentu sangat bertentangan dengan data sejarah tentang kemajuan pendidikan bangsa. Olehnya itu, atas nama pribadi memberikan ide bahwa pendidikan sejatinya mengutamakan pembinaan mental dan menanamkan jiwa yang selalu beramal sholeh. Kita memang paham bahwa pengetahuan sangat penting dalam meningkatkan kemajuan bangsa tapi perlu disadari bahwa pengetahuan tanpa kejujuran, ketulusan, keterbukaan, kedisiplinan dan aspek mental positif lainnya maka tetap akan melahirkan individu yang  bobrok. Dengan demikian saya berkesimpulan bahwa mental dan amal sholeh sejatinya harus menjadi tujuan yang harus diutamakan dalam pendidikan di sekolah.

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.