Ayo Berdonasi untuk Pendidikan

Semua manusia dilahirkan dengan kemampuan untuk mengubah hidup orang lain. Memberi adalah salah satu kemampuan itu. Mari bersama-sama wujudkan mimpi adik-adik di sudut negeri untuk mendapatkan pendidikan yang layak.

KLIK DISINI


Halo generasi penerus bangsa! Perkenalkan, nama saya Najla Anindya Qatrunnada, biasa dipanggil Nada. Anak pertama dari dua bersaudara, asal Ibukota, yang bertempat tinggal di Tanjung Barat, Jakarta Selatan. Saya adalah seorang karyawan di salah satu hotel di Jakarta sekaligus juga mahasiswa semester akhir di STIKOM Interstudi jurusan Public Relations, yang sedang menyelesaikan skripsinya. Selain itu, saya juga aktif di Sekolah Kolong Cikini (SekoCi), salah satu organisasi non-profit dalam bidang pendidikan yang bertujuan untuk mengedukasi anak – anak jalanan di Ibukota, yang untuk SekoCi dalam hal ini, di wilayah Cikini, Jakarta Pusat. 
 
Sejak aktif dalam SekoCi sejak 2 tahun belakangan, kacamata saya dalam memandang kehidupan tidak berfokus pada satu arah saja. Bahwa sesulit apapun hidup yang sedang kita jalani saat ini, diluar sana masih banyak yang lebih merasakan susahnya mencari uang. Itulah mengapa rasa syukur harus selalu terucap atas setiap hal yang kita jalani dalam hidup ini.

Rasa penasaran akan kehidupan membuat saya mencoba mendaftarkan diri untuk mendaftarkan diri untuk menjadi relawan untuk program Sekolah Jejak Nusantara Koin Untuk Negeri ini. Dengan minimnya pengetahuan saya akan penulisan essay, saya akhirnya mencoba dan Alhamdulillah, ternyata saya lolos menjadi salah satu calon relawan. Salah satu pihak KUN mengontak saya personal dan tanpa perlu menghadiri beberapa pertemuan yang memang harusnya diikuti para calon relawa, saya bisa langsung datang satu hari sebelum hari pemberangkatan ke dusun. Sampai pada tanggal 25 April 2018, perjalanan itu dimulai… 

Rabu, 25 April 2018.
Saya bertolak ke Makassar dengan pesawat pukul 09:40 pagi. Tiba di Makassar saya dijemput oleh Kak Nadiah (yang memang berhubungan langsung dengan saya selama di Jakarta), Kak Nadia, dan Bilal (teman dari kak Nadiah. Saya yang memmang baru pertama kali menginjakkan kaki di Makassar, diajak makan makanan khas Makassar yaitu Cotto Makassar, sebelum menuju Basecamp KUN. Malamnya setelah menaruh barang di rumah kerabat Kak Nadiah yang juga nantinya saya jadikan tempat bermalam, kami berkumpul di Basecamp KUN. Dan disitulah saya bertemu dengan teman – teman lain yang luar biasanya, menerima saya dengan sangat baik sekali. 

Kamis, 26 April 2018.
Pemberangkatan menuju Dusun Tanete Bulu dimulai pukul 09:30 diawali dengan pelepasan pemberangkatan angkatan XI di Basecamp. Lalu kami melakukan perjalanan dengan motor selama kurang lebih 2 jam menuju Dusun Bahagia, Desa Bontomanurung, rumah slah satu relawan dan juga menjadi tempat istirahat sejenak dan menitipkan motor selama masa pengabdian nanti. Perjalanan menuju Dusun Tanete Bulu dengan berjalan kaki dimulai pukul 2 siang dari Bontomanurung. 

Perjalanan kami tempuh selama kurang lebih 6 jam, dikarenakan hujan yang melanda beberapa saat sebelum mencapai Dusun Tanete Bulu. Tanjakan – tanjakan yang cukup membuat nafas habis, hujan deras yang membasahi seluruh tubuh dan gelap malam, menjadi salah satu perjalanan luar biasa yang pernah saya jalani. Sampai di Dusun Tanete Bulu pukul 8 malam kira – kira, dan pada saat itu listrik mati. Setelah bersih – bersih dan makan malam, kami mengadakan briefing malam untuk kegiatan esok hari dan dlanjutkan istirahat. 

Jum’at, 27 April 2018.
Pagi hari sebelum kegiatan dimulai, kami mengawali dengan senam santai dan ice breaking bersama  dilanjutkan dengan sarapan pag. Kelas pertama diawali oleh kelas Literasi, saya berkesempatan mengajari adik Rini, untuk belajar calistung. Lalu adik – adik juga diajak mengenal 4 profesi dan memilih mana profesi yang mereka senangi. Guru, dokter, polisi atau TNI. 

Kelas kedua yang dilakukan setelah istirahat dan solat Jum’at adalah kelas Alam. Yang menurut saya sangat menyenangkan karena adik – adik diajak mengenal fungsi dari flora dan fauna di sekitar sekolah. Setelah itu diadakan permainan – permainan kecil yang menyenangkan.
Pukul 5 sore hari pertama berakhir, kami makan malam dan juga mengadakan briefing untuk kelas esok hari lalu kembali istirahat. 

Sabtu, 28 April 2018.
Kegiatan pagi masih tetap sama, senam santai yang lucu dan menyenangkan, ice breaking yangmelatih konsentrasi, dan sarapan pagi. Kelas pertama di hari kedua ini adalah kelas Agama, materi yang diajarkan adalah huruf Hijaiyah, Iqra dan Juz Amma/Al-Qur’an. Saya berkesempatan mengajari Iqra kepada adik Anita. Setelah itu kami mengulang kembali materi sebelumnya yaitu gerakan Wudhu, Sholat, Rukun Iman dan Rukun Islam. Setelah istirahat dan sholat. Pukul 2 siang kelas dilanjutkan oleh kelas kreatif, dima adik – adik diajak membuat tempat sampah dari botol – botol plastik, untuk adik – adik kelas 1 -2 diajak untuk mewarnai gambar 4 profesi yang mereka inginkan semenarik mungkin.  

Dan tanpa saya sadari, hari yang dilalui begitu cepat. Hari itu adalah hari berakhirnya kegiatan kami. Adik – adk dan ateman – teman relawan dipersilahkan untuk saling pamit dan berfoto – foto bersama.  Dan saya tidak berhenti meneteskan air mata, karena hari – hari yang terlalu menyenangkan terasa begitu cepat dilalui. Malam itu setelah bersih – bersih dan makan malam, sebelum tidur, kami kembali berkumpul untuk evaluasi dan mengadakan sesi curhat sesame teman – teman relawan untuk mengetahui berbagai hal positif dan negative selama kegiatan di Tanete Bulu. Juga pengukuhan relawan oleh Kakak Sekum, untuk angkatan XI. 

Minggu, 29 April 2018.
Pagi ini sebelum pulang, kami membersihkan masjid dan jalanan di dusun. Lalu, berpamitan dengan warga – warga di dusun Tanete Bulu, dan dengan sesama teman – teman relawan Koin Untuk Negeri . pada pukul 11:00 siang kami melakukan perjalanan kembaki ke Bontomanurung dan tiba pukul 15:00 disana. Malam harinya setelah sholat Maghrib, kami kembali bermotor untuk kembali ke Makassar. Sekiranya pukul 21:30 malam kami tiba di Basecamp. Dikarenakan terlalu lelah, saya memutuskan untuk beristirahat saja, karena masih ada hari Senin untuk jalan – jalan bersama teman – teman. 

Senin, 30 April 2018.
Saya diajak jalan – jalan ke Taman Nasional Kupu – kupu Bantimurung oleh beberapa teman – teman relawan. Kak Nadiah, Kak Afir, Kak Azhar, Kak Nadia, Kak Rahmat, Kak Ning, Kak Skippy dan Kak Yogha. Mereka pula yang mengantar saya ke bandara, disusul oleh kedatangan Kak Nim, Kak Adhy, Kak Irsan dan Kak Ipang. 

Saya ingat saya tidak memberi penjelasan pada malam terakhir sesi curhat dikarenakan saya nggak mau ada air mata yang menetes. Dan saya janji akan menyampaikannya disini, jadi inilah kesan saya.. yang walaupun masih terlalu banyak yang tidak bisa saya ungkapkan dengan kata – kata..
Untuk teman – teman di Komunitas Koin Untuk Negeri, sejak pertama kali menginjakkan kaki di Makassar, saya merasa bukanlah orang asing. Hanya seperti saya bertemu kembali dengan teman – teman lama saya. Saya begitu diterima dengan baik. Dengan berbagai karakter yang masing – masing dari kalian menjadi refleksi kepada hidup saya, yang ternyata bukan apa – apa dibanding kalian semua. Teman – teman komunitas memiliki ketulusan hati, pemikiran cerdas, dan tentunya semangat untuk berbagi apa yang dimiliki kepada orang –orang sekitar. 

Saya yang berasal dari Ibukota yang besar, justru merasa kecil dibandingkan dengan teman – teman yang ada di Koin Untuk Negeri. Terima kasih dari hati yang paling dalam, sudah memberi saya kesempatan untuk menjadi bagian dari SEJARA - Koin Untuk Negeri. Terima kasih, sudah menerima saya menjadi keluarga kalian. Terima kasih, sudah membagi pengalaman yang tidak pernah akan saya lupakan seumur hidup saya. Teruslah menginspirasi, teruslah membagi kebahagiaan, dan tetaplah menjadi kebanggaan untuk Negeri ini. Kalian sungguh luar biasa. Tidak lupa juga teman saya di Jakarta, Rafly Anggiat, Angkatan X, terima kasih karena secara tidak langsung telah memotivasi saya untuk sukarela mendaftarkan diri di komunitas ini. 

Selama saya di Tanete Bulu, berkali – kali saya merasa terenyuh oleh adik – adik yang dengan semangat nya belajar, tanpa memperdulikan segala keterbatasan. Saya terenyuh oleh keadaan dimana segalanya yang serba serhana di dusun, tidak lantas menghilangkan senyum bahagia di wajah warga dusun dan terutama wajah adik – adik. Saya merasa malu, dengan kehidupan yang serba berkecukupan di Ibukota, saya masih sering kehilangan semangat untuk menjalani kehidupan. Tetapi adik – adik ini membuktikan bahwa siapapun berhak mendapatkan pendidikan yang layak, tidak peduli latar belakang dan lingkungannya seperti apa. Adik – adik ini membuktikan bahwa jarak tidak mengikat kita untuk tetap belajar. Dan yang terpenting, mereka membuktikan bahwa kebahagiaan itu tidak bisa diukur oleh materi. Bahagia bisa kita ciptakan dalam hal – hal sederhana. Teruntuk adik – adikku di tanete Bulu, kalian bagaikan mutiara – mutiara berharga yang harus kami jaga. Kami rawat, agar kalian menjadi generasi yang membanggakan untuk bangsa. 

Terima kasih sekali lagi, untuk segala pengalaman yang luar biasa tidak bisa tergantikan dan terhitung dengan materi. Terima kasih untuk segala kebahagiaan yang tercipta. Semoga kelak, segala yang saya lalui selama mengabdi bisa menjadikan saya pribadi yang lebih baik lagi. Tetaplah berjuang untuk pendidikan di Negeri ini. Semoga kelak kita bisa dipertemukan kembali oleh Yang Maha Kuasa. 

Salam sayang.

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.