“SISI LAIN”
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Hai kakak-kakak KUNers!
Sebelum saya memulai refleksi saya sangat mengharapkan kabar kakak-kakak semua baik dan sehat serta senantiasa dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa, Aamiin Allahumma Aamiin.
Saya selalu merasa dunia pendidikan itu sangat luas. Luas yang melebihi hamparan pasir di gurun sahara, melebihi laut yang mengelilingi bumi, dan melebihi langit yang terbentang tak terhingga disemesta. Hingga membuat saya melupakan sisi lain dari makna luas itu.
Hidup di salah satu kota maju di Kalimantan Timur tepatnya di Kota Balikpapan selama 19 tahun membuat saya terlena dengan segala kemajuan dan fasilitas pendidikan yang selalu tersedia dan dengan mudahnya didapatkan. Sampai pada saat saya melihat salah satu unggahan kakak kelas saya, kak isyana di instagram pribadi miliknya tentang susahnya pendidikan di salah satu pelosok negeri yang membuat saya terdiam beberapa saat. Saya tidak menyangka bahwa dibalik seruan pemerintah yang selalu mengedepankan pendidikan generasi emas bangsa, ada sisi lain yang luput dari perhatian mereka, terutama di sudut-sudut wilayah terpencil yang mereka pimpin.
Awalnya saya hanya mengetahui Komunitas Koin Untuk Negeri hanya ada di Makassar sampai kak isyana memberitahu saya bahwa KUN ternyata mempunyai cabang di Kota Palopo, tempat saya menempuh pendidikan perguruan tinggi saat ini. Dan sejak itulah saya selalu menunggu kesempatan pembukaan pendaftaran calon relawan. Hingga akhirnya sampai dimana saya mendaftar di hari terakhir untuk ikut dalam bagian dari SEJARA Angkatan XX.
Setelah mengikuti rangkaian seleksi dan meet up sampai pra meet up, membuat saya yakin dengan niat saya mengikuti komunitas ini dan membiarkan diri saya keluar dari zona nyaman yang selama ini saya rasakan. Hal ini membuat saya tidak menyesali keputusan yang saya ambil dan saya niatkan ini.
Empat hari tiga malam bukanlah waktu yang singkat tetapi juga bukan waktu yang lama, untuk saya melihat sisi lain dari sebuah perkotaan yang biasa saya rasakan. Lokasi SEJARA angkatan XX kali ini berada di Desa Tandung Dusun Salu Paku, Kecamatan Sabbang, Luwu Utara dan tempat kami mengajar dan belajar adalah SDN 026 SALU PAKU. Perjalanan saya dimulai pada hari kamis pukul 09.00 pagi untuk berkumpul di basecamp dan memulai pemberangkatan pada saat matahari sudah berada diatas kepala. Hari sudah hampir senja saat kami sampai di lokasi dan rasa penat mungkin dirasakan oleh Sebagian besar kami akan tetapi rasa lelah itu hilang saat melihat beberapa ibu-ibu yang menunggu kedatangan kami dan tak lupa senyum hangat yang mereka berikan kepada kami.
Matahari terbit sangat cerah pada hari pertama kami mengajar, seolah-olah memberikan kami panorama indah selama perjalanan menuju kesekolah. Selama perjalanan saya melihat beberapa adik-adik yang ikut berangkat kesekolah bersama kami menggunakan alas kaki berupa sandal, saya sedikit bingung awalnya sampai saya melihat dan merasakan langsung perjalanan kesekolah yang hanya diberikan akses jalan yang hanya cukup untuk satu orang jika melewatinya. Disebelah kiri jalan ada sungai yang mengalir deras dan disebelah kanan jalan ada sawah, jadi ini alasan mereka menggunakan sandal pikirku karena jalan yang ada hanya satu dan melewati tanah basah. Dan lagi mereka ternyata harus melewati jembatan gantung yang sudah mulai rapuh untuk sampai kesekolah. Keterkejutan saya tidak hanya sampai disitu, pada saat mengetahui jumlah siswa yang bersekolah disini hanya 24 orang dari total keseluruhan kelas 1 sampai 6 dan hanya memiliki tenaga pendidik yang sangat kurang membuat saya tercengang sekaligus meringis sedih atas ketidakadilan pendidikan yang adikadik rasakan. Disisi lain, saya mendengar suara kegirangan adik-adik saat kakak-kakak relawan memulai kelas. Tidak ada raut sedih, raut memelas, yang ada hanya binar mata mereka yang tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan yang meluap.
Hari kedua mengajar tepatnya pada hari sabtu pagi, rutinitas kakak-kakak KUNers sudah mulai teratur, mengingat saya ditunjuk sebagai time keeper yang sudah mulai terbiasa dengan ritme kegiatan. Hari itu kegiatan mengajar kami lebih banyak dibandingkan hari pertama. Mulai dari jelajah alam, belajar membaca dan berhitung, sampai belajar mewarnai menggunakan pewarna makanan dan dibantu beberapa alat seperti cotton bud, sikat gigi, dan daun. Ada hal yang menarik perhatian saya, tepatnya pada saat saya mendampingi salah satu adik yang bernama Radit dikelas literasi. Radit merupakan siswa kelas 3 yang memiliki kepribadian introvert akan tetapi memiliki keinginan kuat untuk terus belajar mengejar ketertinggalannya yang masih terbata-bata saat membaca. Jujur saja, saya tidak mungkin menyalahkan guru yang mengajar, tidak mungkin juga saya marah pada pemerintah yang kurang memperhatikan pelajar yang ada di sekolah ini. Saya hanya menyayangkan adik-adik yang seharusnya bisa mendapatkan dan merasakan pendidikan yang seharusnya mereka dapatkan dengan fasilitas yang layak malah merasakan ketidakadilan pemerataan pendidikan.
Akhirnya, tibalah kami di hari terakhir pengabdian. Hari minggu yang pertamakali tidak saya inginkan dan sepertinya langit setuju dengan saya karena pagi itu hujan turun mengguyur desa seolah-olah ikut merasakan perpisahan yang akan kami lakukan pada adik-adik dan warga desa yang selalu menyambut kami dengan tangan terbuka dan senyum yang lebar selama kami tinggal disana. Dimana ada perkenalan disitu ada perpisahan. Setelah hujan perlahan-lahan berhenti kami mulai bersiap, berkemas, bersih-bersih, berfoto bersama nenek pemilik rumah yang selama empat hari ini kami tempati, berdoa, bersalaman, dan akhirnya berpamitan. Misi kami untuk berbagi ilmu dengan adik-adik serta memberikan mereka pengalaman belajar yang menyenangkan sudah selesai. Akan tetapi, ini bukanlah akhir dari perjalanan kami dan juga akhir bagi adik-adik untuk terus belajar. Perjalanan pendidikan mereka masih panjang dan saya melihat calon orang-orang hebat dimasa depan nanti yang sudah terpancar dari binar mata mereka, sekalipun mereka mendapatkan sisi lain dari perjalanan pendidikan yang seharusnya mereka dapatkan.
By Ira
#DariSudutNegeriKitaMenginspirasi