DASAR PEMIKIRAN
Gerakan pemuda sebagai civil society, akan terus menempatkan pemuda pada posisi pelatuk sekaligus pengawal perubahan. Semangat inilah semestinya terus terjaga dalam setiap gerakan kepemudaan. Indefendensi sebagai pilihan semangat gerakan pemuda dan kemandirian sebagai jiwanya, tidak boleh luntur dalam diri setiap pemuda. Pemuda jika didefinisikan sebagai masyarakat (social human) yang memiliki kesadaran organik dan senantiasa bergerak dalam kerangka kelembagaan, pada era desentralisasi ini, semestinya pemuda dapat menginternalisasi kembali efektifitas dan eksistensinya. Sebagai jawaban atas peran apa yang semestinya diambil oleh pemuda dalam mengisi pembangunan.

Posisi pemuda yang sangat strategis dalam pembangunan, lebih jauh harus diturunkan dalam bentuk nyata. Seperti sifat, “primordialnya” (lahiriahnya) pemuda yang pada puncak mobilitas gerakan paling tinggi, sangat berpeluang mengisi peran perekat antar wilayah. Peran mengintegrasikan seluruh elemen masyarakat dalam pembangunan terutama sumber daya manusia.

Pola gerakan yang memadukan antara mobilisasi kepentingan masyarakat kedalam kebijakan pembangunan (pembinaan, pendampingan atau pemberdayaan) masyarakat lokal, dan kontrol sekaligus peningkatan kapasitas pemuda, tidak mustahil untuk menjadi pilihan gerakan pemuda pada tingkat lokalitas.

Pemuda sebagai elemen penting dalam pembangunan daerah, sudah sepatutnya memaknai dan mewarnai setiap kebijakan dengan memposisikan diri dan mengambil peran-peran strategis.

Dalam jejak rekamnya, pemuda acapkali dalam posisi sebagai pelopor pembaharuan, pelatuk perubahan sekaligus pengawal perubahan. Sebagai titik nadir yang telah melekat dalam dirinya. Menterjemahkan peran-peran strategis yang memberi konstribusi bagi percepatan pembangunan, peningkatan sumber daya menjadi pilihan yang tidak boleh berlalu tanpa pemaknaan.

LATAR BELAKANG
Pada zaman global sekarang, pendidikan merupakan sesuatu yang penting. Karena pendidikan merupakan akar dari peradaban sebuah bangsa. Pendidikan sekarang telah menjadi kebutuhan pokok yang harus dimiliki setiap orang agar bisa menjawab tantangan kehidupan dimasa depan. Generasi muda adalah generasi dengan penuh potensi dan daya kreasi untuk dikembangkan baik mental, intelektual, kreatifitas dan spiritual. Dimasa depan generasi muda di harapkan mampu meneruskan perjuangan hidup dan mencapai kesuksesan untuk dirinya sendiri, masyarakat bahkan bagi bangsa dan negara. Mengacu pada pandangan tersebut, maka dibutuhkan generasi muda yang berwawasan luas, berkompetensi, berani dan penuh dengan ide segar demi pembaharuan yang lebih baik.

Namun, bagaimana mungkin hal ini bisa dicapai jika kondisi pendidikan masih seperti ini. Masih banyak generasi pelanjut yang putus sekolah bahkan tidak mengenyam pendidikan karena keterbatasan diberbagai sektor. Hal ini dapat kita lihat dari data yang dikeluarkan oleh UNICEF tahun 2016.

Berdasarkan data UNICEF tahun 2016 sebanyak 2,5 juta anak Indonesia tidak dapat menikmati pendidikan lanjutan yakni sebanyak 600 ribu anak usia sekolah dasar (SD) dan 1,9 juta anak usia sekolah menengah pertama (SMP). Berdasarkan data statistik dari badan pusat statistik tingkat provinsi dan kabupaten menujukkan bahwa terdapat kelompok anak –anak tertentu yang terkena dampak paling rentan sebagian besar berasal dari keluarga miskin sehingga tidak mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.

Anak-anak yang berasal keluarga kurang mampu, memiliki kemungkinan putus sekolah empat kali lipat lebih besar dari pada mereka yang berasal dari keluarga yang berkecukupan. Dari data statistik geografis menunjukkan tingkat putus sekolah anak SD di desa jauh lebih tinggi dari perkotaan yakni berkisar tiga berbanding satu (3:1). Hal ini terjadi karena dipicu oleh faktor kekurangan tenaga pengajar untuk daerah terpencil dan tergolong berpenghasilan rendah. Selain itu, pola pikir masyarakat tentang pentingnya pendidikan di daerah terpencil khususnya, masih sangat rendah. Serta ketersediaan fasilitas pembelajaran dan alat peraga pembelajaran menjadi alasan klasik terbelakangnya kondisi pendidikan di daerah khusus untuk daerah terpencil.


TUJUAN
Membantu pemerintah dalam menyelesaikan persoalan social dalam dunia pendidikan
Membina adik-adik untuk meningkatkan skill, kreatifitas dan inovasi dalam mewujudkan pemuda yang kreatif, mandiri dan bertanggung jawab
Ikut serta meringankan beban sesama terkhusus dibidang pendidikan
Ikut serta dalam membantu mewujudkan desa kreatif dan mandiri
Ikut serta dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas di daerah terpencil
Membantu meningkatkan motivasi belajar adik-adik di daerah terpencil
Membantu meringankan beban pendidikan adik-adik di daerah terpencil
Meningkatkan sumber daya manusia melalui program-program pemberdayaan

VISI
Menjadi komunitas yang bergerak atas prinsip perkumpulan, persahabatan, kekeluargaan, kesadaran, dan kepedulian terhadap sesama.

MISI 
1) Berbagi bersama adik-adik melalui celengan dari berbagai pihak, yang disalurkan dalam bentuk perlengkapan sekolah.
2) Melenyenggarakan pendidikan non-formal dengan pembelajaran berbasis alam.
3) Mengumpulkan buku bekas layak baca untuk menciptakan budaya membaca dikalangan pemuda
4) Mengumpulkan pakaian bekas layak pakai untuk membantu masyarakat yang masih dalam kondisi termarjinalkan

PERILAKU KOMUNITAS
Di tahun pertama terbentuknya Komunitas Koin Untuk Negeri (KUN) hanya menjalankan satu program yang disebut program Tunjuk Satu Koin. Program yang mengajak masyarakat umum untuk menjadi donatur pendidikan bagi adik-adik yang kurang beruntung melalui sumbangan dalam bentuk celengan. diawal terbentuknya jumlah celengan yang terkumpul dari penghitungan pertama bulan pertama hanya cukup untuk membeli sebanyak 10 buah tas dan disalurkan di salah satu sekolah di kota makassar, begitu pun di bulan kedua dan seterusnya. Genap satu tahun program TSK hanya mampu mengcover sekitar 50 orang anak yang mendapatkan bantuan tas.

Memasuki awal tahun kedua bertepatan dengan hari jadi komunitas. KUN kembali menambah satu program yang disebut Sekolah Jejak Nusantara (SEJARA). Belajar bersama adik-adik melalui sekolah non-formal berbasis lokal. Dusun Moncongan yang masuk dalam wilayah administratif Desa Bontomanai Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa merupakan lokasi binaan pertama yang memulai pembelajaran melalui program SEJARA pada akhir Januari 2017.

Di lokasi ini terdapat sekolah satap yang terintegrasi satu atap antara sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP). Jumlah siswa yang terdata mencapai 120 anak berdasarkan absensi kelas dimana sekolah SD terdiri dari 70 murid dan SMP terdiri dari 50 Siswa.

Bulan pertama komunitas hanya mampu mengirim 8 orang relawan untuk mengajar dan berbagi dengan adik-adik dalam program sekolah jejak nusantara (SEJARA). Sekaligus penyaluran perlengkapan sekolah berupa tas dan ATK pun disalurkan dilokasi ini karena murid dianggap masuk kriteria yang bisa menerima bantuan tersebut.

Sampai pada bulan Maret komunitas hanya mampu mengirim sebanyak 22 orang relawan untuk berbagi dan mengabdi serta pemberian tas dan ATK hanya mampu mencover sebanyak 48 anak. Pada bulan April KUN kembali mengirim 32 relawan untuk mengajar dan mampu mengcover 71 anak yang menerima bantuan tas dan ATK.

Bukan hanya itu di bulan April komunitas kembali menambah satu program jangka pendek berupa kerjasama dengan sekolah untuk mendonasikan perlengkapan sekolah layak pakai setelah pelaksanaan Ujian Nasional (UN) selesai agar adik-adik yang lulus bisa mendonasikan pakaian seragam serta perlengkapan lain jika sudah tidak terpakai.

Bulan Mei kembali menambah 1 program sekaligus sebagai program penutup dilokasi pertama dengan nama program bakti sosial berupa penyuluhan hidup sehat dan pemeriksaan kesehatan bekerjasama dengan pemerintah daerah dan instansi terkait.

KEGIATAN UTAMA
Bidang Sosial
Salah satu bentuk kepedulian komunitas terhadap individu atau kelompok yang dirasakan memiliki keterbatasan kondisi. Keterbatasan kondisi dapat berupa keterbatasan sandang, pangan, dan papan maupun kesehatan/fisik yang disebabkan oleh berbagai kondisi. Kegiatan sosial dapat berupa bakti sosial, kunjungan sosial, pemeriksaan kesehatan gratis maupun gerakan-gerakan lain dalam bentuk kepedulian sosial.

Kegiatan sosial diharapkan dapat menyokong kehidupan masyarakat menjadi lebih baik serta menciptakan kesetaraan sosial. Peran ini menjadi penting mengingat banyaknya kondisi masyarakat yang berkekurangan dari segi ekonomi atau kesenjangan sosial. Melalui kegiatan sosial kita diajak untuk lebih peka terhadap keadaan sekitar. Pada hakikatnya, sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan kita memiliki kewajiban untuk membantu orang-orang yang membutuhkan.
Hal yang perlu diingat bahwa setiap gerakan yang kita lakukan murni karena kepedulian. Pada era kini, kegiatan sosial kurang dimaknai secara esensial. Kegiatan sosial kini dilakukan pihak-pihak yang kurang tepat. Biasanya sasaran dari kegiatan sosial adalah pihak yang mampu secara ekonomi atau mereka sudah menerima bantuan yang cukup dari pihak lain. Hal ini menyebabkan kurangnya kesetaraan sosial antar-wilayah. Selain itu juga dapat memicu adanya kecemburuan sosial.

Bidang Pendidikan
Membantu meringankan beban pendidikan bagi anak-anak yang kurang beruntung terkhusus di daerah terpencil dalam bentuk perlengkapan sekolah serta menyelenggarakan pendidikan non-formal berbasis lokal untuk mewujudkan peningkatan wawasan, kreatifitas, inovasi, skill dan kemandirian.

PROGRAM
1. Tunjuk Satu Koin (TSK) merupakan program pertama yang dijalankan. Program yang mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menabung setiap bulan dalam bentuk celengan. Dari hasil tabungan yang terkumpul kemudian disalurkan dalam bentuk perlengkapan sekolah berupa tas, ATK, sepatu kepada adik-adik yang kurang beruntung di daerah terpencil. program yang berkesinambungan yang dilakukan ditiap bulannya.


2. Sekolah Jejak Nusantara (SEJARA)
Sekolah Jejak Nusantara (SEJARA) adalah sebuah program yang diluncurkan oleh komunitas Koin Untuk Negeri pada diawal tahun 2017. Program ini dibentuk atas dasar kepedulian terhadap kondisi pendidikan adik-adik di daerah terpencil dan terpinggirkan. Sejara merupakan wadah pembinaan generasi muda dengan menekankan pada peningkatan kualitas hidup melalui pendidikan alam berbasis lokal, pengembangan kreatifitas, skill, inovasi, dan kemandirian dengan mengedepankan pembelajaran yang ramah lingkungan, santai, insiprasi dan inovasi agar keinginan dan semangat belajar mereka semakin bertambah.

Pembinaan dilakukan selama 6 bulan atau satu semester. Proses pembelajaran dibagi dalam empat kelas yakni : kelas alam, kelas literasi, kelas inspirasi, dan kelas kreatifitas. Pembelajaran dilakukan diluar jam sekolah formal dengan memanfaatkan ruang terbuka atau outdoor.

3. Bakti Sosial
Bakti sosial merupakan program yang diselenggerakan tiap 6 bulan sekali dilokasi binaan. Kegiatan ini cenderung melibatkan orang tua siswa atau masyarakat umum yang ada dilokasi dengan melakukan penyuluhan hidup sehat sekaligus pemeriksaan kesehatan. Program ini diselenggarakan atas prinsip kerjasama dengan pemerintah setempat serta instansi terkait.

4. Ayo berbuat untuk negeri
Ayo berbuat untuk negeri merupakan program jangka pendek dengan mengajak seluruh warga sekolah melalui kerjasama untuk mendonasikan perlengkapan sekolah yang masih layak pakai. Program ini hanya dilakukan setiap bulan April – Agustus karena pada bulan ini momen yang tepat setelah penyelenggaraan Ujian Nasional (UN) atau Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) pada tingkat SMA/SMK/MA, SMP/MTs, dan SD/MI. Program ini khusus untuk adik-adik yang duduk dibangku kelas VI, IX, dan XII karena telah mengikuti ujian.

KOIN UNTUK NEGERI
KUN merupakan komunitas yang dibentuk oleh pemuda-pemudi yang memiliki pengalaman yang cukup banyak di bidang pendidikan karena sebagian besar merupakan luaran dari sarjana pendidikan dengan kemampuan dan kapabilitas yang cukup. Selain itu, mereka juga aktif diberbagai organisasi maupun lembaga yang bergerak dibidang pendidikan dan sosial serta pernah menjadi relawan dalam berbagai even yang diselenggarakan oleh berbagai komunitas dan organisasi.

KUN merupakan sebuah komunitas yang terbentuk 1 januari 2016, komunitas ini dibentuk berawal dari kebiasaan pendiri bernama Akbar Alimuddin untuk menabung tiap bulan dalam bentuk celengan yang sengaja di simpan di dekat pintu keluar. sebelum keluar rumah dia selalu menyempatkan diri untuk menabung. dia percaya bahwa celengan itu bisa bermanfaat sebagai doa keselamatan selama dia keluar dan meninggalkan rumah. dan di akhir bulan hasil tabungan yang terkumpul kemudian dibelikan sendal jepit dan di sebar ke mesjid-mesjid agar dapat digunakan oleh jemaah setelah wudhu. Karena hal ini terasa bermanfaat akhirnya mencoba mengajak teman-temannya yang lain untuk ikut menabung. Bukan hanya itu pendiri merasa secara realita ditemukan adanya ketimpangan dan ketidaksesuaian antara kondisi dan kualitas pendidikan antara diperkotaan dengan kondisi dan kualitas pendidikan yang ada dipelosok bahkan tidak jauh berbeda dengan daerah-daerah yang termasuk dalam zona terpencil.

Bukan hanya keterbatasan tenaga pengajar. Namun, fasilitas sekolah pun masih sangat minim. Hal inilah yang membuat adik-adik harus menerima dan menjalani pendidikan dengan kondisi seadanya. tak dapat dipungkiri bahwa keterbatasan ekonomi membuat adik-adik sulit untuk memenuhi kebutuhan perlengkapan sekolah mereka, banyak terlihat adik-adik yang tidak memakai tas ke sekolah karena alasan tidak mampu membeli tas, banyak pula yang harus memakai sendal bahkan tidak memakai alas kaki ke sekolah juga dengan alasan yang sama (berdasarkan pengalaman pribadi setelah mengikuti program MENKO MARITIM yakni Ekspedisi Nusantara Jaya). dari sinilah sehingga yang tadinya hanya disalurkan dalam bentuk penyediaan sendal jepit di mesjid-mesjid kini lebih cenderung disalurkan dalam bentuk perlengkapan sekolah sembari tetap menyisihkan sebagai untuk membeli sental jepit.

Darisilah cikal bakal terbentuknya Komunitas ini.

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.